Kenapa Slot Tidak Di Blokir
Keterbukaan dan Hubungan Sosial antar Warga
Perumahan tanpa pagar di setiap rumahnya dapat mendorong keterbukaan dan hubungan sosial yang lebih baik antar warga. Tanpa adanya batasan fisik yang terlalu jelas, para penghuni perumahan cenderung lebih mudah berinteraksi dan menciptakan suasana kebersamaan yang positif.
Keterbukaan antar warga dapat mendorong terciptanya lingkungan yang lebih ramah dan akrab. Penghuni perumahan dapat saling bertukar informasi tentang aktivitas di lingkungan sekitar, atau bahkan bertukar bahan masakan dan resep dapur.
Hubungan sosial yang baik antar warga dapat meningkatkan rasa kebersamaan dalam komunitas perumahan. Bagi penduduk yang baru pindah ke lingkungan tersebut, adanya rasa kebersamaan dapat membantu mereka merasa lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
Beberapa pengembang perumahan juga menyediakan area publik yang dirancang khusus untuk memfasilitasi kegiatan bersama antar penghuni. Ini dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan sosial antar warga, sekaligus menciptakan kesempatan untuk mempererat ikatan dalam komunitas.
Kirim masukan terkait...
Pusat Bantuan Penelusuran
Kirim masukan terkait...
Pusat Bantuan Penelusuran
Gerak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam memblokir situs yang dianggap berbahaya dan tidak layak sering mendapat komentar sinis dari warganet. Mereka menilai kalau pemblokiran adalah langkah Kominfo yang tak mau ambil pusing dalam menangani permasalahan siber.
Menteri Kominfo Johnny G Plate juga sadar akan hal itu. Ia mengaku kalau lembaga yang dipimpinnya sering disebut sebagai tukang blokir. “Kominfo jadi lebih banyak dikenal sebagai kementerian blokir jadinya,” kata Johnny di acara Konvensi Nasional Media Massa Hari Pers Nasional (HPN) 2021, Senin (8/2/2021), dikutip dari Kompas.com.
Memang selama ini sudah banyak situs yang diblokir oleh Kominfo. Sebabnya bisa macam-macam. Di antaranya, penyelenggara sistem elektronik tidak mendaftarkan diri ke Kominfo. Ini seperti ancaman blokir yang sempat dilayangkan pada aplikasi Clubhouse saat ramai digunakan beberapa waktu lalu.
Baca juga: Kominfo Undur Pemblokiran Twitter, Clubhouse, TikTok, Instagram, cs ke Desember | Asumsi
Berdasarkan hasil riset tim VPN.co.id, sejak 2018 sampai 2021, terdapat lebih dari ribuan situs yang diblokir oleh Kominfo dan Penyelenggara Sistem Elektronik.
Situs yang telah diblokir oleh Kominfo atau PSE berdasarkan hasil riset VPN.co.id (2018-2021):
Dari total ribuan situs itu, paling banyak diblokir masuk dalam kategori Pornografi yaitu sebanyak 32,65 persen (96.441 situs). Setelah itu diikuti oleh kategori Perjudian sebanyak 24,49 persen (71.105 situs ), Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual sebanyak 16,33 persen (47.200 situs), dan penipuan/Phising sebanyak 12,24 persen (36.108 situs). Selain itu, Berita Bohong/Hoaks sebanyak 8,16 persen (23.605), Radikalisme & Provokasi Sara sebanyak 4,08 persen (7.600 situs) dan bentuk pelanggaran UU ITE Lainnya sebanyak 2,04 persen.
Kategori situs yang diblokir:
Mengutip laman Kominfo, selain alasan izin, pemblokiran juga dilakukan untuk situs atau web yang dinilai terindikasi memuat konten bersentimen Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA) hingga terindikasi phising dan malware.
Penutupan situs tersebut prinsipnya bersifat sementara, namun bisa juga bersifat permanen. Pengelola konten juga dipersilahkan melakukan komunikasi ke Kominfo bila ada hal-hal yang ditanyakan.
Tapi memang semudah itu memblokir situs?
Kepala Divisi Akses Atas Informasi Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), Unggul Sagena menyebut, mestinya dalam setiap pemblokiran ada verifikasi terlebih dahulu. Sayang, hal ini sepertinya tidak dilakukan dengan baik oleh Kominfo.
Baca juga: Indonesia Darurat Serangan Siber, Pembenahan Tata Kelola Sistem Digital Dinilai Mendesak | Asumsi Menurutnya, situs yang diblokir oleh Kominfo biasanya berdasarkan kurasi sistem atau laporan dari masyarakat. Yang diblokir melalui sistem tersaring karena jelas melanggar, seperti konten pornografi yang dilarang oleh UU. Sementara yang bersifat aduan acapkali bersifat subyektif dan karet. “Karena subyektif, maka mestinya ada langkah verifikasi terlebih dahulu sebelum pemblokiran. Ini yang ibaratnya pemerintah enggak mau repot, blokir dulu, diskusikan kemudian,” kata Unggul kepada Asumsi.co. Untuk itu, etikanya ada kerja tim analisa terlebih dulu sebelum dilanjutkan pada tindakan blokir. “(Kalau tanpa analisa) Jadi membakar lumbung. Entah apa salahnya melakukan verifikasi, bertindak hati-hati. Mungkin karena gampang ya ngeblokir dan ngebuka jadi enteng saja dilakukan,” ucap dia. Lagi pula, memblokir bukanlah tugas Kominfo, melainkan tugas penyelenggara sistem elektronik. Tapi dalam beberapa kasus, Kominfo seperti repot mengurusi hal-hal remeh temeh yang harusnya selesai di tahap tatakelola platform. “Misal YouTube, masa Kominfo sampai turun tangan hanya urus seorang Kimi Hime pada waktu itu?” ucap dia. Oleh karena itu, ia menyarankan, untuk yang sifatnya aduan, pemblokiran harus dilakukan dengan hati-hati. Unggul menilai terlalu receh marwah Kominfo jika hanya berakhir sebagai tukang stempel blokir dan stempel hoaks.
Baca juga: Tak Ada Partisipasi Publik, SAFEnet Desak Permenkominfo 5/2020 Dicabut | Asumsi “Padahal perannya sangat strategis, bukan hanya ini. Banyak pihak yang bisa membantu dalam hal konten negatif dan bagaimana solusinya. Karena sifatnya subyektif dan kualitatif jadi harus hati-hati,” kata dia. Ia juga berpesan untuk tidak memasukan preferensi pribadi di atas netralitas dan aturan tertulis terkait tindakan pemblokiran. Soalnya, kebijakan yang berkelindan dengan preferensi pribadi dan politis tentu akan menjadi preseden buruk untuk demokrasi. “Dan blokir jangan juga pakai drama-drama. Aplikasi seperti Telegram, Vimeo, sampai Netflix, yang dikatakan provokatif dan seterusnya juga sempat diblokir dan menambah drama kalau enggak jelas dasarnya,” ucap dia.
Perumahan modern memang terkadang tidak dilengkapi dengan pagar di setiap rumahnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor desain yang terintegrasi dengan lingkungan sekitar dan faktor keamanan yang terpadu untuk seluruh penghuni perumahan.
Dalam artikel ini, kami akan mengeksplorasi lebih lanjut alasan mengapa keberadaan pagar di setiap rumah dalam suatu perumahan menjadi tidak wajib.
Mari kita bahas poin demi poin apa saja yang mempengaruhi keputusan tersebut.
Konsep Desain yang Terintegrasi dengan Lingkungan
Dalam pembangunan perumahan, konsep desain yang terintegrasi dengan lingkungan sekitar menjadi pertimbangan penting bagi beberapa pengembang perumahan. Tanpa adanya pagar di setiap rumahnya, perumahan dapat memberikan keindahan visual yang harmonis dengan lingkungan sekitarnya.
Keterampilan mengintegrasikan desain perumahan dengan unsur-unsur lingkungan dapat menciptakan perumahan yang tampak seperti bagian organik dari alam sekitarnya. Misalnya, menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan yang terinspirasi oleh warna-warna alam dapat menciptakan efek yang indah dan extravagant.
Penting untuk diketahui bahwa perumahan tanpa pagar di setiap rumahnya dapat memberikan ketenangan visual yang sangat penting bagi lingkungan sekitarnya. Ini tidak hanya menciptakan harmoni yang lebih besar dengan alam di sekitarnya tetapi juga membantu mendorong sikap yang lebih positif antar warga.
Membangun Rasa Kebersamaan dalam Komunitas
Tidak adanya pagar yang membatasi setiap rumah dalam sebuah perumahan dapat memunculkan rasa kebersamaan dalam komunitas. Komunikasi dan interaksi antara warga dapat lebih mudah terjalin. Terdapat kegiatan dan acara bersama yang dapat diadakan di ruang publik perumahan untuk memperkuat ikatan antar warga. Dengan begitu, muncul lingkungan yang harmonis dan nyaman di dalam perumahan.
Kegiatan bersama juga dapat menjadi ajang untuk memperkenalkan diri dan merangkul semua warga. Dengan kebersamaan yang terjaga, setiap warga dapat merasa lebih aman dan nyaman dalam lingkungan perumahan yang mereka huni. Selain membangun rasa kebersamaan, kegiatan bersama juga dapat memberikan pengalaman serta momen berharga buat seluruh penghuni perumahan yang turut berpartisipasi.
Dalam komunitas perumahan, kebersamaan memiliki peran penting untuk menciptakan suasana yang lebih baik. Dengan adanya interaksi di antara warga, terjalinlah rasa saling percaya dan saling menghargai. Hal ini akan berimbas positif pada kenyamanan hidup di perumahan, dan menghindari konflik antarwarga yang dapat merusak lingkungan perumahan dan kesejahteraan penghuninya.
Mengurangi Biaya Pemeliharaan dan Perawatan
Tanpa adanya pagar di setiap rumah, penghuni perumahan dapat menghemat biaya pemeliharaan dan perawatan. Pagar sering membutuhkan perbaikan dan perawatan rutin yang memakan waktu dan dana, sementara tanpa pagar, penghuni dapat fokus pada memelihara aspek lain dari rumah mereka.
Bahkan tanpa pagar, penghuni perumahan masih dapat memilih untuk memasang pembatas alternatif seperti pagar kayu atau tanaman pagar. Namun, tanaman pagar dan pagar kayu umumnya lebih mudah dan murah dalam perawatannya, sehingga penghuni dapat menghemat biaya pemeliharaan rumah mereka.
Secara keseluruhan, tanpa adanya pagar di setiap rumah, penghuni dapat mengurangi biaya pemeliharaan dan perawatan, sementara tetap mempertahankan kenyamanan dan keamanan rumah mereka.
Penyesuaian dengan Preferensi Personal
Setiap penghuni perumahan memiliki preferensi personal yang berbeda dalam hal pembatasan fisik di rumah mereka. Tanpa adanya pagar di setiap rumah, penghuni dapat melakukan alternatif pembatasan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Beberapa penghuni mungkin ingin memiliki halaman yang terbuka tanpa pagar, sementara yang lain mungkin ingin menambahkan batas atau pagar alternatif. Fleksibilitas ini memungkinkan setiap penghuni untuk menyesuaikan rumah sesuai dengan gaya hidup dan kesenangan mereka.
Selain itu, fleksibilitas yang diberikan oleh perumahan yang tidak memiliki pagar di setiap rumahnya juga memberi ruang untuk menerapkan ide-ide kreatif dalam hal pembatasan fisik rumah. Penghuni dapat menciptakan penghalang alami yang lebih ramah lingkungan, seperti taman kecil atau tanaman penyerap polusi udara yang menyaring pembatas antara satu rumah dengan rumah lainnya. Pembatas yang berbeda ini membantu menciptakan ruang luar yang lebih indah dan mendorong interaksi sosial antarwarga.
Dengan fleksibilitas yang tersedia, penghuni dapat menyesuaikan pembatasan rumah mereka sesuai dengan preferensi personal dan kebutuhan individu. Pilihan yang lebih terbuka ini mendorong keberagaman, kreativitas, dan lingkungan yang ramah.
Dalam kesimpulan, dapat disimpulkan bahwa alasan mengapa tidak ada pagar di setiap rumah dalam suatu perumahan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti desain yang terintegrasi dengan lingkungan, hubungan sosial antar warga yang diharapkan, perlindungan keamanan yang terpadu, pembentukan komunitas yang kuat, pengurangan biaya pemeliharaan dan perawatan, serta fleksibilitas untuk menyesuaikan dengan preferensi personal.
Meskipun tidak adanya pagar di setiap rumahnya, perumahan tetap dapat memberikan kehidupan yang nyaman dan aman bagi penghuninya.
Nah, itulah sejumlah alasan kenapa di perumahan gak ada pagar di tiap rumahnya. Mungkin bikin kamu mikir, “Eh, emang perlu ya pagar di rumah?” Tapi tau gak, ini bukan cuma soal kepraktisan aja, tapi juga soal konsep, lho. Buat kamu yang lagi nyari rumah dengan gaya minimalis di Jogja, coba deh kepoin Solusindo Jitu. disana banyak banget opsi rumah yang bisa bikin kamu nyaman tanpa harus repot-repot mikirin pagar. Jangan ragu buat kontak via Whatsapp untuk dapetin info lebih lanjut!
Perlindungan Keamanan yang Terpadu
Meskipun tidak ada pagar di setiap rumahnya, perumahan modern biasanya dilengkapi dengan sistem keamanan yang terpadu. Sistem keamanan ini terdiri dari pengawasan, teknologi keamanan canggih, dan kehadiran satpam. Dengan adanya sistem keamanan ini, penghuni perumahan dapat merasa aman dan nyaman dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Pengawasan dilakukan secara ketat untuk memastikan bahwa hanya orang-orang yang berhak masuk ke dalam perumahan. Teknologi keamanan canggih seperti CCTV dan alarm anti maling juga dipasang untuk memantau seluruh aktivitas yang terjadi di sekitar perumahan. Selain itu, keberadaan satpam yang siap sedia 24 jam juga memberikan perlindungan yang optimal bagi setiap penghuni perumahan.
Sehingga, penting bagi pengembang perumahan untuk memperhatikan sisi keamanan dalam setiap tahap pembangunan perumahan. Perumahan yang dilengkapi dengan sistem keamanan yang terpadu dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi penghuninya untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Keamanan perumahan bukan hanya ditentukan oleh adanya pagar, tetapi juga oleh sistem keamanan yang telah terintegrasi dengan baik di dalamnya.
Kesimpulannya, tanpa adanya pagar di setiap rumahnya, perumahan tetap dapat memberikan keamanan dan perlindungan yang memadai bagi penghuninya dengan adanya sistem keamanan yang terpadu. Maka, penting bagi pengembang perumahan untuk memikirkan dan mempersiapkan sistem keamanan yang optimal untuk menjaga keamanan perumahan serta penghuninya.